Trust dalam bahasa indonesia artinya percaya , dalam suatu hubungan percaya sangat di perlukan .
bukan hanya sekedar kata , tetapi makna dari kata tersebut harus di pahami dan dilakukan .
#untuk apa?
untuk membuat suatu hubungan langgeng alias awet , hmm banyak org
berhubungan bertengkar karena mempermasalahkan kepercayaan pada tiap
pasangannya .
#apa yg harus di lakukan?
apa yg harus di lakukan supaya hubungan awet atau langgeng adalah
percaya pada tiap pasangannya kalo dia menyayangi anda dan anda
menyayangi dia
, tanamkan pada pikiran dan hati anda .
#hasilnya?
hasilnya sebuah hubungan yg di bangun menggunakan pondasi kepercayaan insyaAllah akan bertahan lama .
TAPI INGAT !
jgn sekali2 menyalahgunakan kepercayaan yg di berikan kepada anda ,
karena sekali melakukan akan berdampak sangat buruk pada hubungan anda
bahkan bisa meruntuhkan hubungan yg sudah anda bangun .
TETAPI !
jika masih mungkin adanya kesempatan lg , syukur2 bisa di bangun dari awal lg hubungan anda dgn pasangan anda
Jumat, 28 Maret 2014
Dua Belas Alasan Menulis
Menurut buku Daripada Bete, Nulis Aja! ada dua belas alasan seseorang menulis.
- Menulis membantumu menemukan siapa dirimu.
- Menulis dapat membantumu percaya diri dan meningkatkan kebanggaan.
- Saat menulis, kamu medengar pendapat unikmu sendiri.
- Menulis menunjukkan hal yang dapat kamu berikan dunia.
- Dengan menulis, kamu mencari jawaban terhadap pertanyaan dan menemukan pertanyaan baru untuk ditanyakan.
- Menulis meningkatkan kreativitas.
- Kamu dapat berbagi dengan orang lain melalui kegiatan menulis.
- Menulis memberimu tempat untuk melampiaskan amarah atau ketakutan, kesedihan dan perasaan menyakitkan lainnya.
- Kamu dapat membantu menyembuhkan diri dengan menulis.
- Menulis memberimu kesenangan dan cara mengungkapkannya.
- Menulis membuatmu hidup
- Kamu dapat menemukan impianmu melalui menulis.
Misteri Kematian Adolf Hitler
Dari sekian banyak informasi yang ada tentang kematian Hitler, tidak
ada satupun yang dapat menyebutkan secara pasti apa penyebab kematian
sang diktator Nazi ini.
Di manakah sebenarnya akhir dari petualangan Hitler itu? Benarkah Hitler bersama istrinya Eva Braun bunuh diri setelah minum racun sianida?
Lantas bagaimanakah hasil otopsi pihak Amerika ketika tengkorak Hitler dipamerkan pada tahun 2000 lalu, yang ternyata adalah tengkorak wanita? Dimanakah sebenarnya keberadaan Hitler setelah jatuhnya Berlin di tangan sekutu?
Beberapa Versi Tentang Kematiannya
Versi yang paling populer menyebutkan bahwa Hitler tewas bunuh diri dengan cara menembak dirinya sendiri dan minum racun sianida pada 30 April 1945, saat Jerman diduduki oleh Uni Soviet.
Meski sejumlah ahli sejarah ragu Hitler menembak dirinya, dan menduga hal itu hanyalah propaganda Nazi untuk menjadikan Hitler sebagai pahlawan.
Namun, lubang pada potongan tengkorak itu tampak menguatkan argumen tersebut ketika tengkorak itu dipamerkan di Moskow tahun 2000. Bagaimana dan kapan Hitler meninggal sekarang ini masih diselimuti misteri. Dapat dijumpai penjelasan tentang penyebab dan kapan Hitler mati dari beberapa versi. Ada kematian versi Jerman, versi Rusia, dan versi para peneliti atau ilmuwan.
Di manakah sebenarnya akhir dari petualangan Hitler itu? Benarkah Hitler bersama istrinya Eva Braun bunuh diri setelah minum racun sianida?
Lantas bagaimanakah hasil otopsi pihak Amerika ketika tengkorak Hitler dipamerkan pada tahun 2000 lalu, yang ternyata adalah tengkorak wanita? Dimanakah sebenarnya keberadaan Hitler setelah jatuhnya Berlin di tangan sekutu?
Beberapa Versi Tentang Kematiannya
Versi yang paling populer menyebutkan bahwa Hitler tewas bunuh diri dengan cara menembak dirinya sendiri dan minum racun sianida pada 30 April 1945, saat Jerman diduduki oleh Uni Soviet.
Meski sejumlah ahli sejarah ragu Hitler menembak dirinya, dan menduga hal itu hanyalah propaganda Nazi untuk menjadikan Hitler sebagai pahlawan.
Namun, lubang pada potongan tengkorak itu tampak menguatkan argumen tersebut ketika tengkorak itu dipamerkan di Moskow tahun 2000. Bagaimana dan kapan Hitler meninggal sekarang ini masih diselimuti misteri. Dapat dijumpai penjelasan tentang penyebab dan kapan Hitler mati dari beberapa versi. Ada kematian versi Jerman, versi Rusia, dan versi para peneliti atau ilmuwan.
Perkelahian Antar Pelajar
Perkelahian,
atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar.
Bahkan bukan “hanya” antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai
ke kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang
wajar pada remaja.
DAMPAK PERKELAHIAN PELAJAR
Di
kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran ini sering
terjadi. Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992
tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi
183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus
dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun
1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan
tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari
tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat.
Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian
di tiga tempat sekaligus.
DAMPAK PERKELAHIAN PELAJAR
Jelas
bahwa perkelahian pelajar ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada
empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar. Pertama, pelajar
(dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami
dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas. Kedua,
rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta
fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan. Ketiga, terganggunya
proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling
dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa
terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para
pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif
untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan
apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas
memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup
bermasyarakat di Indonesia.
PANDANGAN UMUM TERHADAP PENYEBAB PERKELAHIAN PELAJAR
Sering
dituduhkan, pelajar yang berkelahi berasal dari sekolah kejuruan,
berasal dari keluarga dengan ekonomi yang lemah. Data di Jakarta tidak
mendukung hal ini. Dari 275 sekolah yang sering terlibat perkelahian, 77
di antaranya adalah sekolah menengah umum. Begitu juga dari tingkat
ekonominya, yang menunjukkan ada sebagian pelajar yang sering berkelahi
berasal dari keluarga mampu secara ekonomi. Tuduhan lain juga sering
dialamatkan ke sekolah yang dirasa kurang memberikan pendidikan agama
dan moral yang baik. Begitu juga pada keluarga yang dikatakan kurang
harmonis dan sering tidak berada di rumah.
Padahal
penyebab perkelahian pelajar tidaklah sesederhana itu. Terutama di kota
besar, masalahnya sedemikian kompleks, meliputi faktor sosiologis,
budaya, psikologis, juga kebijakan pendidikan dalam arti luas (kurikulum
yang padat misalnya), serta kebijakan publik lainnya seperti angkutan
umum dan tata kota.
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency).
Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2
jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik. Pada delikuensi
situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang
“mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul
akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat. Sedangkan
pada delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu
berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan,
norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk
berkelahi. Sebagai anggota, mereka bangga kalau dapat melakukan apa yang
diharapkan oleh kelompoknya.
TINJAUAN PSIKOLOGI PENYEBAB REMAJA TERLIBAT PERKELAHIAN PELAJAR
Dalam
pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara
kecenderungan di dalam diri individu (sering disebut kepribadian, walau
tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu pula dalam hal
perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor
psikologis mengapa seorang remaja terlibat perkelahian pelajar.
1. Faktor internal.
Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan
adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti
adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua
rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak.
Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada
remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi,
apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya. Mereka
biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan
orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara
tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi,
ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi,
memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan
memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat
membutuhkan pengakuan.
2. Faktor keluarga.
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada
anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja,
belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal
yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang
terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu
yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang
unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirnya
secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang
dibangunnya.
3. Faktor sekolah.
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus
mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus
dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang
tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang
monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya
fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan
kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu
masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting.
Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan,
serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara
kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik” siswanya.
4. Faktor lingkungan.
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami,
juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan
rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku
buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang
sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara)
yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar
sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang
berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.
Faktor Keluarga Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja
- Kurangnya sosialisasi dari orangtua tentang nilai moral dan sosial
- Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan nilai-nilai anti-sosial.
- Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya).
- Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak.
- Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak.
- Tingginya konflik yang terjadi dalam lingkungan keluarga.
- Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga.
- Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain.
- Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru.
- Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan kenakalan remaja.
Candi Borobudur
Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa
Tengah, sekitar 40 km dari Yogyakarta. Candi Borobudur memiliki 10 tingkat yang
terdiri dari 6 tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar
melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Di setiap tingkat terdapat
beberapa stupa. Seluruhnya terdapat 72 stupa selain stupa utama. Di setiap
stupa terdapat patung Buddha. Sepuluh tingkat menggambarkan filsafat Buddha
yaitu sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai
kesempurnaan menjadi Buddha di nirwana. Kesempurnaan ini dilambangkan oleh stupa
utama di tingkat paling atas. Struktur Borobudur bila dilihat dari atas
membentuk struktur mandala yang
menggambarkan kosmologi Buddha dan cara berpikir manusia.
Di keempat sisi candi terdapat pintu gerbang dan
tangga ke tingkat di atasnya seperti sebuah piramida. Hal ini menggambarkan
filosofi Buddha yaitu semua kehidupan berasal dari bebatuan. Batu kemudian
menjadi pasir, lalu menjadi tumbuhan, lalu menjadi serangga, kemudian menjadi
binatang liar, lalu binatang peliharaan, dan terakhir menjadi manusia. Proses
ini disebut sebagai reinkarnasi. Proses terakhir adalah menjadi jiwa dan
akhirnya masuk ke nirwana. Setiap tahapan pencerahan pada proses kehidupan ini
berdasarkan filosofi Buddha digambarkan pada relief dan patung pada seluruh
Candi Borobudur.
http://kumpulan.info/wisata/tempat-wisata/182-candi-borobudur.html
Rabu, 26 Maret 2014
Etika Secara Umum Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Menurut para
ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Perkataan
etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti
norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku
manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :
- Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
- Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika secara
umum dapat dibagi menjadi :
- ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
- ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
ETIKA KHUSUS
dibagi lagi menjadi dua bagian :
A. Etika individual, yaitu menyangkut
kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
B. Etika sosial, yaitu berbicara
mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat
manusia.
Perlu
diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan
satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan
sebagai anggota umat manusia saling berkaitan.
Etika sosial
menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara
kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadpa pandanganpandangana
dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap
lingkungan hidup.
Dengan
demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau
terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang paling
aktual saat ini adalah sebagai berikut :
- Sikap terhadap sesama
- Etika keluarga
- Etika profesi
- Etika politik
- Etika lingkungan
- Etika idiologi
SISTEM
PENILAIAN ETIKA :
- Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau jahat, susila atau tidak susila.
- Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa; dari semasih berupa angan-angan, cita-cita, niat hati, sampai ia lahir keluar berupa perbuatan nyata.
- Burhanuddin Salam, Drs. menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3 (tiga) tingkat :
- Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa rencana dalam hati, niat.
- Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
- Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
Dari
sistematika di atas, kita bisa melihat bahwa ETIKA PROFESI merupakan bidang
etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika sosial. Kata hati
atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, wil. Dan isi dari
karsa inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal merealisasikan
ini ada (4 empat) variabel yang terjadi :
- Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik.
- Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya ; kelihatannya baik.
- Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik.
- Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.
Kenyataannya
etika itu sangat penting dalam hidup kita dalam bersosialisasi hidup
bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di
perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul.
Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal
dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Maksud
pedoman bersosialisai tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang
terlibat agara mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan
kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai
dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi
umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita.
Sumber :http://badaiblues.wordpress.com/2012/04/10/pengertian-etika/
Sumber :http://badaiblues.wordpress.com/2012/04/10/pengertian-etika/
Langganan:
Postingan (Atom)